Kamis, 19 Desember 2013

LDR ( Love Different Religion )




Cinta, siapa yang bisa tahu dan menebak kapan datangnya rasa itu.
Kali ini aku takut akan datangnya rasa cinta karena aku tau siapa yang saat ini mulai aku cintai perlahan. Ada perbedaan terkait keyakinan kami. Aku khawatir  jika aku memutuskan untuk melangkah lebih jauh, maka aku akan terjebak dalam masalah yang rumit antara perasaan dan kepercayaan kita masing-masing. Memang, ada beberapa teman yang menjalani kisah cinta seperti ini, hubungan mereka biasa, normal, sewajarnya anak muda yang sedang berpacaran. Tapi terkadang aku juga mikir, jika mereka sudah benar-benar saling mencintai dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, lalu bagaimana solusinya? Haruskah salah satu di antara mereka mengubah keyakinan mereka? Aku pikir ini kurang fair. Karena keyakinan adalah hak dari masing-masing manusia bukan karena tuntutan permasalahan yang sedang di hadapi.
Salah satu temanku yang mempunyai kisah seperti ini, sebut saja UL, dia ( Islam ) sudah sejak SMP menjalin hubungan dengan pacarnya ( Katolik )sampai sekarang di bangku kuliah. Aku sempat terkagum akan kelanggengan mereka berdua dalam menjalin kisah asmara di atas perbedaan keyakinan. Suatu hari aku pernah bertanya kepada UL, “UL, pacaran beda agama sih gimana?enak tidak?orangtuamu bagaimana , apakah mereka tahu dan merestui kalian? Lalu kalau lagi jalan apakah pernah kalian share tentang agama kalian masing-masing?” tanyaku saat itu yang kepo :D .
“Ya biasa kaya pacaran biasa kok An, malah kita jadi lebih bisa menghormati dan menghargai perbedaan itu, misalnya pas dia rayain natal, aku ucapin dan ikut gabung di lingkup keluarganya sekedar untuk makan bareng, demikian pula sama dia, pas lagi lebaran dia pun ngucapin dan blg mhn maaf lahir dan batin sama aku dan keluarga, dia juga ikut gabung makan bareng sama keluargaku. Masalah orangtua merestui atau tidaknya, mereka merestui aja karena kita masih sebatas pacaran, tapi entah lah aku juga tidak tahu bagaimana nanti kalau kita pengen nikah, aku juga bingung An mau dibawa kemana hubungan ini, tapi ya aku jalani aja karena aku sayang banget sama dia, besok juga pasti dibukakan jalan-Nya. Pikir belakang An,hehe. Kalo jalan, kita jarang kok share tentang agama kita, ya paling pacarku Cuma nanya udah sholat blm gt. “ jawab UL sambil senyum-senyum.
Di benakku saat itu, loh emang boleh ya ikutan rayain gitu? Soalnya seingetku pas aku belajar agama gak boleh kaya gitu, paling tidak cukup ucapin aja, dan karena aku pernah liat film cinta terkait perbedaan agama, yang saat itu intinya cinta beda agama mengkhianati Tuhannya, aku jadi ngeri kalau-kalau sampai aku ngalamin hal yang serupa sama UL, tapi kenyataannya memang sekarang aku mengalaminya, walaupun aku belum benar-benar memutuskannya untuk melangkah atau tidak, namun aku sangat dilema terkait ini, so aku memutuskan untuk mencari sumber-sumber bacaan yang banyak terlebih dulu, akan aku pelajari sebelum aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Maaf, karena aku membuatmu menunggu.
Cinta, haruskah ter-diskriminasi karena perbedaan agama?
Iya, memang kenyataanya seperti itu di Indonesia. Cinta itu seharusnya hubungan antara satu dengan satu yang lainnya, bukan satu dengan banyak yang lainnya kan? Tapi di Indonesia berlaku kalau cinta itu hubungan satu dengan banyak yang lainnya, maksudnya dalam cinta ada campur tangan orang lain atau aturan-aturan. Sebenarnya, aku mulai berpikiran seperti ini sejak aku mengalami sendiri jatuh cinta dengan sesosok pria yang berbeda agama, dan saat aku merasakan ada rasa yang lebih untuknya, aku mulai membaca artikel-artikel tentang opini cinta beda agama dan pengertian cinta itu sendiri. Sebelumnya aku memang berpikir bahwa cinta beda agama itu tidak boleh karena mengkhianati Tuhan. Tapi setelah aku membaca, aku jadi berpikir lebih obyektif ( ya gitu deh manfaatnnya membaca, mengubah pikiran/mindset :p hehe ). Sulit untuk menyatukan cinta beda agama di negaraku, karena hal ini di atur dalam Undang-undang serta dalam agama pun melarangnya. Oke, stop, kayaknya ini terlalu berat T__T . Gini aja mikirnya, ini kan baru pacaran belum nikah, ga ada aturan UU-nya, ga bakal ditilang ato di tangkep polisi kok (haha). Kalo soal dosa ato tidaknya aku ga tau, karena belum nemu ayat yang menuturkan adanya larangan pacaran beda agama, tapi kalo pacaran emang dilarang. Tapi………mana ada sih jaman sekarang anak muda gak pacaran -___- .  Okeee,, Let’s make it simple aja ya, berperan sebagai anak muda yang normal seperti wajarnya.
Semua berawal dari ocehan-ocehan temen-temen kampus yang terlalu bocor dan girang banget kalo liat temennya jadi bahan obrolan (unek-unekan). Dari semester 1 sampai semester 3 selalu saja aku yang kena gossip deket sama cowok. Semester 1 aku bisa control perasaan karena memang masih cinta banget dan ngarepin mantan balikan lagi ( ehhhh :p ), lagipula saat itu aku hanya menganggap sebuah lelucon yang bisa bikin temen-temenku ketawa. Emang sih sempet deket, tapi….. ya biasa kayaknya Cuma dideketin doing mau di PHP-in gitu deh, hahaha. Tapi di semester 3 , ternyata aku gak bisa control perasaan dan terbawa ocehan mereka. Aku tidak pernah menyangka dan membayangkan akan berada di posisi seperti ini sebelumnya, aku terpojok akan perasaanku sendiri, aku bingung, aku dilemma, aku gatau harus berbuat apa, aku hanya bisa diam memendamnya walaupun mungkin akan Nampak dalam tingkah dan perbuatanku.
Entah tepatnya kapan aku bisa mengenalnya, tapi yang jelas aku cukup sering melihatnya dan tau dia sejak semester 1, tapi tak pernah berkomunikasi karena memang saat itu posisi masih jadi mahasiswa baru dan beda kelas pula. Biasa aja sih liat dia, saat itu lho, sekarang sih udah beda, malahan kangen kalo belum liat dia senyum sama aku,hahahaha. Sepertinya kalau tidak salah aku mulai benar-benar mengenal dia, maksudnya udah ngobrol langsung sama dia itu waktu semester 2, waktu maen bareng temen-temen ke pantai Ngrenehan dan Ngobaran GunungKidul. Tapi gatau juga kenapa dia bisa ikut, masalahnya yang ngadain anak kelasku. Ya pokoknya gitu deh awalnya mulai jadi gossip baru lagi aku deket sama cowok.
Lamaaaa banget aku denger gossip kalo dianya suka aku ( ciee GR, padahal gatau bener apa gak, anggep aja bener,wong sampe mencuat gossip kaya gt,haha), tapi aku Cuma nganggap biasa saat itu masalahnya aku juga udah pernah dapet gossip kaya beginian, paling-paling juga Cuma buat sensasi, tapi ya udah wajarlah kalo cewek manis dan humble banyak disukai itu :p wahahaha dasar aku ini gak pernah ilang PD bangetnya banggain diri, Hah ! Nah, lambat laun gak tau kenapa bisa di semester 3 KRS kita banyak jadwal yang sama dan saat itulah gejolak asmara dimulai ( gejolak asmara? Bahasanya lebay :D ).
Awalnya semua dapat terkondisikan, masalah perasaan walaupun kami sering satu kelas, tapi oh ternyata, ocehan temenku menjadi semakin addict dan membuatku benar-benar luluh dan termakan omongan itu, mungkin demikian pula dengannya, tapi aku tak pernah tau apa perasaan dia saat kami menjadi bahan ocehan mereka.
Dimulai dari seringnya kita sms-an, tiap hari ketemu, satu kelompok, tiap hari nongkrong bareng di kantin mbak Parmi ( samping kampus tercinta ), dan karena lama-lama sms-an kita yang suka panggil “sayang”, dan kadang suka berbagi cerita yang meminta saran dan pendapat , dan terakhir karena kami menghadiri seminar bareng ber-2 di UNY saat itu, akhirnya aku pun ga bisa control dan mengkondisikan perasaan ini, dan parahnya aku membiarkannya tumbuh hari demi hari, dan inilah yang terjaadi, Love Different Religion.

Sebelas Desember 2013 ( 11-12-13 ).
Dimana dia mengajakku untuk membuat suatu hubungan, jadian,
Jangan tanya soal bagaimana perasaan, bagaimana rasanya,
Yang jelas hati dan perasaan mulai berkoneksi dan berkomunikasi,
Pikiran mulai kisruh, tingkah jadi aneh, suka senyum-senyum sendiri,
Cinta, bikin gila secara perlahan tanpa disadari,
Ya begitulah… sensasi tersendiri jika mengalami keadaan yang namanya jatuh cinta, fall in love

Aku tanya dia, sebelumnya hanya ingin mengetahui apakah kode itu maksudnya sama seperti yang aku pikirkan, ternyata benar saja, dari sms dia yang bilang, “eh hari ini tanggalnya bagus lho” ….. aku langsung iseng aja jawab dan tanya aja ke dia, “iya bagus, mau bikin peringatan?” ….. Tau-tau di balesnya langsung, “iya, yuk jadian”. Kaget sama ketawa aku yang baca saat itu, “hah iki tenanan ‘manis’ ( nama disamarkan :p ) ngajakin aku jadian, tapi sayang e mosok gur sms ra wani ngomong langsung” kataku dalam bahasa Jawa, Indonesianya, “ hah ini beneran ‘manis’ ngajakin aku jadian, tapi sayangnya Cuma lewat sms ga berani ngomong langsung” . Aku belum bisa menjawab saat itu,karena ku piker, hey ini kita udah jadi mahasiswa bukan lagi anak sekolah, masa iya jadian lewat sms, kayaknya kurang memperlihatkan kesungguhan, aku ingin dia bilang langsung, walaupun aku juga ga tau bagaimana harus menjawabnya agar semua baik untuk kita berdua, tapi yang jelas aku memang suka dia, khususnya karena senyumannya itu ;) , aku mulai sayang dia, aku mulai sering merindukannya.
Sekarang, jujur aku dilemma dalam mengambil keputusan dan menjawabnya, aku ingin bilang iya kita jadian tapi aku gatau apa yang harus dilakukan jika keyakinan kami berbeda, memang tak apa jika nantinya hubungan ini sebatas pacaran, tapi…. Aku tipe orang yang ketika jatuh cinta, aku akan menyayanginya sepenuhnya dan begitu addicted to him, tipe setia dan menginginkan hubungan itu nantinya akan dibawa ke jenjang lebih lanjut. Kekhawatiranku disini, ketika aku ga bisa mengontrol perasaanku, terlalu menyayanginya, terlalu menginginkannya, tp  kemudian nanti akan terpisah karena perbedaan keyakinan, aku ga bisa membayangkan betapa sakitnya. ( maklum sering sakit hati T__T , berasa trauma ). Aku begitu memikirkannya.
Dari hari ke hari kita semakin deket semenjak dia bilang itu ke aku, dan entah kenapa aku juga jadi berasa ke pellet pengennya tiap hari ketemu dan bisa deket sama dia, hehe. Seneng rasanya kalo bisa liat dia tiap hari tersenyum kepadaku, duduk bareng, ngobrol2, kurang lebih begitu, hehe. Tau gak, berasa nostalgia ke jaman SMA dulu, jatuh cinta lagi dengan temen 1 sekolah, sekarang sih kampus :D . Jadi semangat banget kuliah, belajarnya, dandan cantik wangi keren rapi, ya biar bisa mempesona tiap hari kalo ketemua dia, wkwkwkwk. Sensasi jatuh cinta, syalalalatralalalala. Hihihihi.
Back to the problem and what solution I have to do to solve the problem? I’m still thinking it. Would you please give me solutions, please?
AKu pun tidak ingin terlalu lama menggantungkannya, ya walaupun dia bilang apapun jawabannya asal dia bisa deket sama aku, dia udah seneng. Tapi….. apakah ini maksdunya hubungan tanpa status? Dan aku berarti tidak mempunyai hak cemburu? Sepertinya akan menyakitkan jika seperti itu. Ku pikir.

Aku biarkan rasa ini mengikuti apa yang aku rasakan
Tapi aku tak tahu apakah ini benar adanya
Dan apakah dosa mengikutinya
Tapi aku hanya mengalami rasa cinta terhadap makhluk-Mu
Bukan perbuatan yang hina di mata-Mu
Aku menyanginya Tuhan,
aku ingin menjaganya dan sekedar membuat dia bahagia,
serta membuatnya mempunyai semangat hidup yang membara
Jika ini salah, Tuhan ampunilah aku,
Dan tunjukkan jalan mana yang benar.

Iya, aku senang berada di dekatnya, jantungku nyata berdetak lebih cepat ketika bertemu dengannya, seperti aku mengalami jatuh cinta kepada mantanku dulu yang sangat aku sayangi, tapi kini tidak lagi. Dan dia bisa membuatku merasakannya lagi. Terimakasih membuat hari-hariku kembali dipenuhi warna. Semoga dia sabar untuk menunggu jawabnya, tapi setidaknya aku sudah memberitahunya isi hatiku. Ku harap itu cukup jika aku tak mampu memutuskan pertanyaannya (11.12.13). Namun jika dia telah lelah dan menemukan sesorang yang seagama dengannya, sebelum aku bisa memutuskan jawaban apa untuk pertanyaannya, aku akan meng-ikhlaskan dia mulai menjauh dariku. Ya, dan aku harap itu tidaklah menyakitkan untukku J.

Perbedaan bukan menjadi pembatas kita untuk saling beradu argument siapa yang benar/salah, siapa yang kuat/lemah, perbedaan bukan menjadi pembatas kita untuk bersatu, perbedaan menjadikan kita pribadi saling menghargai dan menghormati, perbedaan itu indah adanya karena kita akan dapat belajar lebih banyak hal. Tidak semua hal berbeda, pasti di dalam perbedaan itu ada persamaan yang akan memberi kekuatan satu sama lain untuk mempertahankan apa yang ke-2nya ingin capai.

Rabu, 02 Oktober 2013

Sepercik Kisah dengan Lelaki B'baret

Aku mendambakan dan memimpikan laki-laki seperti dia untuk menjadi pendamping hidupku. Tapi  akan ada dalam diriku yang mungkin sangat dia tentang. Namun ku pikir jika rasa cinta itu datang dengan ketulusan hati aku berharap suatu saat aku dipertemukan dengannya sebagai jodohnya. Dengan dia menerima segala kekurangan dan kelebihanku. Dengan aku yang menerima segala kekurangan dan kelebihannya.
Aku mengenalnya hanya lewat obrolan facebook tapi sebenarnya kita telah berada dalam satu lingkup yang sama ketika kita masih duduk di bangku SMK. Awalnya aku hanya biasa menanggapinya seperti teman-teman lelaki ku yang lain, sampai suatu hari dia pulang ke kampung halaman ( Bantul,Jogja) dan saat itu aku pertamakalinya bertemu dengannya bertatap muka secara langsung di tempat makan daerah Lempuyangan, sekitaran bawah jembatan Lempuyangan. Sebelumnya kita sudah membuat janji untuk bertmu. Kesan pertama yang aku lihat adalah kesederhanaannya yang dibalut dengan wajahnya yang manis dan senyumnya yang tulus. Saat itu yang dibenakku, "mas kamu kok manis banget >.< " hehehe...Dan yang aku heran, walaupun dia sebagai anggota dari suatu angkatan, tapi itu tak  dia tunjukkan, dia lebih menunjukkan sebagai orang yang biasa-biasa saja. Itu salah satu yang aku suka darinya, tentang kesederhanaan dan sikap biasa/rendah hatinya.
Cukup banyak pembicaraan kita pada waktu itu, tapi dengan waktu yang singkat, karena pada saat itu aku bertemu dengannya pada malam hari. Bercerita tentang jamannya sekolah SMK, tentang tugasnya waktu di hutan sampai akhirnya dia bisa di tugaskan di Jakarta, tentang sedikit cerita keluarganya, keinginannya untuk bisa membangun rumah sendiri kelak ketika berkeluarga (mak nyess,aku yo pengen mas punya suami yang punya pikiran spt itu :D ) . Dia juga bertanya sedikit padaku tentang asal-usul keluargaku, kuliahku, aku lupa apalagi :D yang ku inget cm ceritanya dia,hihihi. Waktu p'jalanan pulang, sempat dia bilang apa ya lupa aku, pkoknya blg gni kl ga salah,..wah bagus dong di jurusan inggris, jadi bisa ngajarin aku kalau aku di tugasin ke perbatasan atau di luar negeri. hehe...aku jawabnya apa ya waktu itu, lupa deh,,hihihi... Dia juga bilang lho waktu ketemunya cuma bentar durung tutuk ( belum puas ) hahaha...jadi GR aku :p .Keesokan paginya dia harus kembali ke Jakarta lagi melaksanakan tugasnya, dia pamit dan sempat bilang, " besok kalo aku pulang Jogja lagi kita ketemu lagi ya dek, sabar nunggu mas pulang ( agak dibikin lebay dikit :p , jiahahaha ).
Oke then... setelah itu kita egk pernah kontak sms atau tlp ( sebelumnya juga egk sih, cm pas ketemu doang,wkwkwk). Tapi untuk kontak lewat fb itu masih berjalan dengan intensitas yang tidak terlalu sering. Sekedar menyapa biasa dan sedikit gombalan-gombalan rayuan yang gak tau maksudnya untuk apa. hehe. Tetapi akhir-akhir 3 harian ini kalau tidak salah, dia rajin online di fb kasih komentar, chat aku dengan gombalanyya,hahaha...apa iya sih tentara dulu pendidikannya ada mata pelajaran gombal buat ngrayu,hahaha.
Ya, seperti inilah rasaku sekarang, aku menaruh rasa padanya, tapi aku belum tau dan belum bisa memastikan apakah rasa ini sebenarnya. Tapi dengan berkomunikasi dengannya aku sudah cukup senang :). Untuk ke depan seperti apa, biar Allah yang akan membukakan jalannya kisah ini akan seperti apa, sekarang adalah waktunya untuk saling fokus dulu pada pekerjaan masing-masing menuju kesuksesan bersama.

Selasa, 01 Oktober 2013

LABIL

Apa sih makna labil itu sebenarnya? apakah labil identik dengan tingkat kedewasaan seseorang ? apakah labil hanya untuk kalangan anak remaja saja? okeee let us know guys :) . 
Dalam KBBI kata labil mempunyai definisi goyah, tidak mantap, tidak kokoh tentang bangunan, pendirian, dsb. Dalam salah satu artikel blogger yang pernah saya baca, labil itu adalah suatu pendirian,kondisi hati dan pikiran yang tidak jelas, menunjukkan kondisi psikologis seseorang, terutama bagi para ABG (ababil). Arah dari orang-orang yang sedang mengalami labil adalah ke hal-hal yang negatif seperti sedih, cemburu, marah, dan mudah tersinggung alias sensi. Secara Filosofis : labil adalah masa mencari, saat kita sadar, belum waktunya berpuas diri, ada hal-hal yang harus kita 'taklukkan' sehingga kita merasa kembali utuh.Labil berawal dari rasa tidak puas yang sebenarnya bisa mengarah kepada produktivitas dan labil adalah masa inkubasinya. Inkubasi dalam artian psikologis berarti proses berpikir tentang suatu masalah secara bawah sadar ketika terlibat dalam kegiatan lain. Nah kalau menurut penulis labil itu adalah suatu kondisi seseorang yang masih bingung mencari jatidirinya sehingga ia masih mudah goyah, tidak punya pendirian ataupun landasan yang kuat tentang apa yang ia punyai dan yakini. Kata labil memang identik dengan ABG, namun menurut penulis masa labil itu bisa di alami oleh siapa saja dari bentangan umur balita sampai yang sudah tua. Hanya saja tingkat dan waktu kelabilannya berbeda. Misalnya saja anak SD mengalami labil dalam interaksi sosial dengan teman sebayanya, bertengkar kemudian menangis dan selang beberapa jam anak itu sudah berbaikan lagi dengan teman sebayanya. Selang beberapa jam lagi bersifat seperti itu lagi. Untuk anak SMP atau SMA misalnya mereka mengalami kecemburuan terhadap pacarnya sehingga mereka dalam mengambil keputusan putus terlalu cepat, namun selang beberap hari minta balikan lagi. Sedangkan untuk urusan labil orang tua saya sendiri masih bingung mau kasih contoh apa, tapi mungkin ini bisa dijadikan contoh, misal seorang ayah sedang mencari toko untuk membuka usahanya, dia mempunyai dua pilihan lokasi toko. Sebelumnya ayah itu mantap untuk menempati toko pertama, namun karena mendengar sisi buruk dari toko pertama yang belum tentu benar, akhirnya ayah tersebut memilih toko ke dua tanpa pikir panjang. 
Labil memang lebih terkenal dikalangan ABG karena pada usia-sia ABG memang pada usia pencarian jatidiri pada masa awal ( jadi inget materi pelajaran perkembangan peserta didik :p ). Pada masa pencarian jatidiri awal memang banyak ditemukan banyak masalah pada remaja, misalnya : sensi pada masa haid atau menjelang haid, dicuekin atau merasa mengecewakan pasangan hidup/ orang yang disayangi, tidak bersyukur (ngebanding2in diri sama orang laen), kurang kuat dalam dasar agama, merasa tidak punya uang. terlalu memakai perasaaan dalam menyikapi segala hal, terlalu banyak aktif di jejaring sosial yang menimbulkan kesenjangan sosial, dan masih banyak lagi.
Ciri orang yang mengalami masa labil biasanya tidak punya arahan dan tujuan yang pasti, berpikiran harus pacaran (padahal jomblo lebih baik karena masalah hanya timbul pada dirisendiri bukan dari 2 orang yang berbeda pikiran/pendapat, sehingga tingkat menyatukannya akan lebih sukar), berpikiran bahwa makin kaya makin bahagia ( ingat, bahagia tidak di ukur dengan materi. Tapi bahagia di ukur dari bagaimana kita dapat mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan ), takut pada kekurangannya ( kekurangan bukan untuk ditakuti, tapi kekurangan adalah salah satu cara untuk menunjukkan semengat kita bagaimana mengubah kekurangan itu menjadi hal yang berbeda dari orang lain yang dapat  membanggakan dan bisa menguntungkan/menghibur seseorang), merasa dirinya paling benar,hebat,cakep,keren,cantik,dll, suka merendahkan orang lain (sombong), berpikiran tertutup, selalu menilai-nilai orang, tidak mau disalahkan, tidak beriman. Itu semua adalah beberapa dari ciri orang yang mengalami masa labil, yang lainnya masih banyak. Next kita bahas bagaimana sih caranya mengatasi kelabilan. Kalau dari penulis sih mennyarankan untuk banyak-bannyak berdoa pada Allah, banyakin baca qur'an dan artinya, bersosial dengan teman-teman, bertukar pikiran dan wawasan kepada teman, dan jangan lupa meminta saran. Satu lagi, pergilah refreshing bersam teman-teman Anda atau keluarga :D (cucookk banget buat penulis nih,hehe). 
Jadi nih kesimpulannya, labil gak melulu buat ABG, orang dewasa dan anak-anak pun bisa mengalami masa labil. Labil akan beresiko tinggi jika tidak segera di atasi karena labil mempunyai dampak arahan yang negatif. Jika terlalu lama dalam masa labil, bisa-bisa menimbulkan stres.

Oke beda pembahasan, sekarang beralih ke pengalaman penulis tentang masa-masa labilnya. wkwkwk...Sekarang kalau ditanya pernah belum sih penulis mengalami masa-masa labil? Jawabnya sih jelas banget kliatan dong,,,pastinya sering banget,hahahaha...secara usia penulis adalah masa pencarian jatidiri kedua, hehe..Cara mengatasinya ya itu tadi caranya yang udah ada di atas dijelasin berdendang ria tirik-tirik, dan alhamdulillah berhasil untuk mengobati labil.hahaha. Trus kalau ditanya berapa lama sih biasanya kalau labil? jawabnya bervariasa dan tergantung masaalah yang di hadapi, Pernah sih dulu labil gara-gara putus cinta #eaaa cinta-cintaan nih penulis,hahaha... labilnya 1 tahun pula -_- ngenes banget rekk. Satu lagi labil yang lama itu ketika penulis harus memilih jurusan untuk melanjutkan studynya. Bisa dibilang hampir 2 tahun kurang dhenk,hehe...Tapi semua itu akhirnya kini telah ketemu jawabnya, alias udah menemukan hikmahnya. Labil yang cuma bentar itu paling ketika stalking fb atau twitter pacar,jiaahahaha....maklumlah cemburu cemburu,,hehe. Dan saat ini pun saya masih suka mengalami masa labil :( . Tapi yasudahlah...selama penulis tidak sampa jadi gila, hahaha..

Selasa, 30 April 2013

Sekilas Pendidikan di Indonesia



Opini saya tentang sedikit masalah dasar pendidikan di Indonesia. 

Pendidikan di Indonesia sejak dini telah memberatkan para siswanya untuk menguasai beberapa materi pelajaran, mereka di tuntut untuk bisa dan mendapatkan nilai yang baik. Ketika mereka tidak bisa mendapatkan nilai yang baik, mereka akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang baik dan mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik. Contoh yang terpuji adalah dengan belajar dengan giat, namun kenyataanya kebanyakan siswa melakukan hal yang tercela, misalnya mencontek, copy paste, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya awalnya didasari pada rasa tertekan dan kurangnya kesadaran diri sehingga mereka berbuat seperti itu. Jadi, pendidikan di usia dini seharusnya mengedapankan kebebasan anak untuk berfikir sesuai naluri idenya, sebagai pendidik harus selalu memberikan apresiasi, motivasi, dan nilai yang baik apapun itu hasilnya. Karena ketika anak mendapatkan apresiasi dan nilai yang baik, mereka akan terpacu untuk melakukan hal yang lebih baik lagi, mereka akan bersemangat dan mengembangkan ide mereka sendiri tanpa harus mencontek atau copy paste. Pendidik juga harus mampu membantu menumbuhkan kesadaran anak tanpa harus  mengekang, mengatur atau melarang terlalu ketat. Berikan kebebasan aktifitas untuk anak usia dini. ( Usia 2-10 tahun ). 

Jumat, 26 April 2013

Kerinduan pada Ibu

Ketika aku merindukan kehadiran beliau, aku hanya bisa menangis.
Mengingat kembali masa dulu, dan membayangkan beliau saat ini sedang bersama denganku, menemaninku, dan mendengarkanku bercerita.
Aku selalu berandai jika beliau masih ada di dunia ini bersamaku, akan ada yang mengarahkanku dan menasehatiku, akan ada yang menenangkanku dan membelaku.
Tapi semua itu hanya pengandaian yang tak akan pernah terwujud sampai aku berada dalam dunia yang sama seperti beliau.

Sabtu, 20 April 2013

KONSEP PENDIDIKAN INDONESIA, UNESCO, DAN JEPANG


Nama     : Ani Marisah
NIM       : 2012002109
Kelas     : PBI-6C

ACADEMIC PAPER
PERBANDINGAN KONSEP PENDIDIKAN DI INDONESIA DENGAN UNESCO DAN JEPANG

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah hal terpenting yang harus dibangun sejak usia dini untuk mewujudkan manusia-manusia yang berkualitas dalam membangun pembangunan negara. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pendidikan membuat pendidikan terus berkembang sejalan dengan pembangunan nasional. Pendidikan menjadi kunci kemajuan dan keberhasilan dari suatu pembangunan sebuah negara. Dalam mewujudkan proses dan sistem pendidikan yang mempunyai karakter, harus sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia dan diperlukan penerapan konsep-konsep pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara.
Pada era globalisasi ini pendidikan terus berkembang, dan sangat dengan mudahnya kita bisa mempelajari konsep pendidikan di negara lain. Namun sangat disayangkan karena masyarakat Indonesia kurang bisa memfilter materi-materi/konsep yang masuk ke Indonesia. Semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai mengadopsi konsep-konsep pendidikan dari luar negeri, misalnya konsep pendidikan dari UNESCO membuat pendidikan di Indonesia kehilangan karakternya, contohnya kearifan lokal. Akibatnya banyak pejabat atau petinggi negara yang menyeleweng dari tanggungjawab tugasnya. Sebagai generasi muda seharusnya kita segera tersadar dengan keadaan pendidikan zaman sekarang ini yang membuat pendidikan di Indonesia mengalami masalah yang mengakibatkan bangsa dan masyarakat kehilangan jatidirinya. Kita harus mampu melihat, kritis, dan mulai membenahi pendidikan di Indonesia dengan kembali menerapkan konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara sehingga aspek-aspek sosialitas dan kemanusiaan mulai tumbuh kembali.

B.     Rumusan Masalah
Ø  Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Ø  Konsep Pendidikan UNESCO
Ø  Konsep Pendidikan Fukuzawa Yukichi
Ø  Perbedaan konsep-konsep pendidikan di Indonesia (Ki Hadjar Dewantara), UNESCO, dan Jepang (Fukuzawa Yukichi)


BAB II PEMBAHASAN

A.    Konsep Pendidikan di Indonesia (Ki Hadjar Dewantara)
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah eksistensi manusia. Filsafat eksistensialisme menyebutkan bahwa manusia bersifat terbuka dalam arti manusia adalah eksistensi yang tidak pernah selesai untuk dibentuk. Eksistensi manusia adalah potensi kemanusiaan yang tidak pernah selesai untuk berkembang.
Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia (humanisasi), humanisasi menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, berbudaya, dan sebagai manusia yang utuh berkembang (pengangkatan manusia ke taraf insani). Manusia sebagai makhluk yang utuh terdiri dari besaran fisikal, psikologikal dan spiritual. Dalam besaran-besaran tersebut terdapat sifat universalitas, kemerdekaan, dan martabat. Juga memuat potensi kemanusiaan yang kompleks yaitu daya cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (konatif). Bahasa asingnya, “educate the head, the heart, and the hand !”
Berdasarkan konsep eksistensi manusia tersebut Ki Hadjar Dewantara mengembangkan prinsip-prinsip yang bersifat konsepsional, operasional, dan fatwa. Sehingga memunculkan ajaran-ajaran yang mulia untuk proses pendidikan sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan bangsa yang akan membangun karakter bangsa. Ajaran Ki Hadjar Dewantara tersebut ialah :
1.      Yang bersifat konsepsional :
-          Tri Pusat Pendidikan ( kegiatan pendidikan yang dilakukan di dalam keluarga, di sekolah dan di dalam masyarakat)
-          Sistem Among dengan semboyan Tut Wuri Handayani (suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendi kodrat alam dan kemerdekaan atau biasa
-          Trikon; kontinyu, konsentris, dan konvergen (kontinyu artinya bahwa pembelajaran dan pengolahan budaya harus berkesinambungan tiada terputus, dan itu akan memberi manfaat bagi kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konvergen artinya dalam olah budaya, kita dapat mengambil/mengadopsi budaya luar yang bermanfaat untuk dialkulturisasi dengan budaya kita. Konsentris artinya dalam pergaulan budaya global, kita harus selalu berorientasi pada akar budaya sendiri sebagai sumber kepribadian).
-          Trilogi Kepemimpinan; Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (dalam bidang pendidikan biasa diintreprestasikan dengan fungsi guru sebagai teladan, dinamisator, dan motivator. Dalam bidang politik dan kemasyarakatan diartikan sebagai menjadi seorang pemimpin harusnya bisa memberikan contoh teladan, di tengah membangun prakarsa dan bekerja sama, di belakang memberi daya semangat dan dorongan)
2.      Yang bersifat operasional :
-          Tri Pantangan : pantang menyalahgunakan kekuasaan/wewenang, pangtang menyalahgunakan keuangan, pantang melanggar kesusilaan.
-          Tri sentra pendidikan : pendidikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat
-          Tri Hayu : mamayu hayuning sarira, bangsa, manungsa (Apapun yang diperbuat oleh seseorang, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya dan bermanfaat bagi umat manusia di dunia pada umumnya).
-          Tri Saksi Jiwa : cipta, rasa, karsa (Kognitif/pikiran, afektif/perasaan, konatif/niat,perbuatan yang membuahkan hasil)
-          Tri nga : ngerti, ngrasa, nglakoni (Ngerti : mengetahui dan sadar terhadap segala macam peristiwa yang terjadi di lingkungan dan mampu menyesuaikan secara tepat keadaan yang terjadi di sekitarnya, Ngroso : menyadari, dalam arti mampu berpikir dan mengilhami secara mendasar berbagai aturan dan ketetapan yang akan dilaksanakan esok. Berfikir luas dan dapat memberikan gambaran yang baik tentang keadaan yang akan ditempuh kemudian hari, sehingga mampu bersikap hati-hati terhadap tindak tanduk yang akan dilakukannya atau dari negara lain, Nglakoni : mampu menindaklanjuti secara cepat, tepat, dan bersedia belajar dari setiap orang yang ada di sekitarnya. Dalam arti bukan hanya banyak memberi komentar atau memberikan ide-ide saja namun mampu melaksanakan setiap gagasan-gagasan dan aturan yang telah disepakati),
-          Tri ko : kooperatif, konsultif, dan korektif
-          Tri Juang : berjuang memberantas kebodohan, kemiskinan, dan ketertinggalan
-          Tri N : niteni, nirokke, nambahi (Niteni : memahami apa yang telah terjadi dan di ajarkan dari hal yang terkecil, Nirokke : menirukan ilmu/ajaran yang telah kita dapat, Nambahi : menambahi ilmu/ajaran yang telah didapat guna menaikkan kualitas bangsa agar mempunyai karakter dan berbeda dari Negara lain)
3.      Yang berupa fatwa :
-          Lawan sastra ngesti mulya : dengan ilmu pengetahuan/budaya mencita-citakan kebahagiaan, dan kesejahteraan
-          Suci Tata Ngesti Tunggal : Dengan suci hati, dalam keadaan yang teratur, tertib, mencita-citakan persatuan, kesempurnaan.
-          Ning-neng-nung-nang : dengan fikiran yang hening, tenang, diam tidak mudah emosi, memiliki keteguhan, kekuatan hati akhirnya memperoleh kemenangan.
-          Ngandel-kendel-bandel-kandel :percaya kepada Tuhan, percaya diri, berani karena benar, tahan banting tidak mudah putus asa, dan tebal kepercayaan serta imannya.
-          Bibit-bebet-bobot : dalam membentuk keluarga yang baik dan sejahhtera perlu memperhatikan : bibit (anak), bebet (orangtua, asal usul dari keluarga baik ataukah tidak, mempunyai penyakit menurun ataukah tidak, dst), bobot (mutu atau kualitas )
-          Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia : setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh kebahagiaan, dan kesejahteraan.
-          Alam hidup manusia adalah alam hidup perbuatan : bahwa manusia hidupnya tidak terlepas dari keadaan alam, ekologi. Manusia yang mampu menyatu dengan alam itulah yang dapat bahagia.
-          Dengan bebas dari segala ikatan dan dalam kesucian, kita berhamba kepada anak
-          Tetep-antep-mantep : Tetep, ketetapan hati tetap pada pendirinnya tidak tergoyahkan oleh pengaruh negatif; antep, mempunyai bobot alias bermutu; mantep, tetap pada pilihannya.

B.     Konsep Pendidikan UNESCO
UNESCO memiliki 4 konsep pendidikan dalam memgembangkan peserta didiknya, yaitu :
1.      Learning to know : pendidikan adalah usaha untuk mencari agar mengetahui dan menguasai informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Pendidik harus mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya.
2.       Learning to do : Pendidikan merupakan proses belajar untuk menguasai keterampilan, melakukan sesuatu yang akan menghasilkan perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka dalam proses belajar mengajar diperlukan fasilitas dan di desain secara aplikatif guna mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki manusia serta bakat dan minatnya.
3.       Learning to be : Pendidikan diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan jatidiri, pengembangan diri secara maksimal dengan di dasari rasa percaya diri. Menyangkut bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak, dan kondisi lingkungannya. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, serta belajar menjadi orang yang berhasil sebagai proses pencapaian aktualisasi diri.
4.       Learning to live together : Pendidikan diartikan sebagai proses belajar untuk hidup bermasyarakat. Saling memahami, menghormati dan bekerja dengan orang lain, mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang melibatkan partisipasi aktif warga. Yang mempunyai tujuan bersama menuju kerekatan sosial, perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama/ Negara.

C. Konsep Pendidikan di Jepang (Fukuzawa Yukichi)
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Pendidikan adalah sesuatu yang luhur karena di dalamnya mengandung misi kebajikan dan mencerdaskan. Pendidikan merupakan proses kegiatan belajar-mengajar dan proses penyadaran serta sarana untuk menjadikan manusia sebagai “manusia yang sadar diri” dalam generasi itu. Artinya, menjadikan manusia itu “mengerti” apa yang seharusnya diperbuat dan apa yang tidak, memahami yang baik dilakukan dan yang jelek ditinggalkan, serta mengetahui mana yang merupakan hak dan mana kewajiban.
Pendidikan di Jepang di lakukan di kuil. Pendidikan dilaksanakan dengan system wajib belajar :
Ø  Pertama, sekolah dasar (SD) wajib selama enam tahun dan tidak dipungut biaya. Bertujuan untuk menyiapkan anak menjadi warga yang sehat, aktif menggunakan pikiran, dan mengembangkan kemampuan pembawaannya.
Ø  Kedua, sesudah SD ada sekolah lanjutan pertama selama tiga tahun, punya tujuan untuk mementingkan perkembangan kepribadian siswa, kewarganegaraaan, dan kehidupan dalam masyarakat serta mulai diberikan kesempatan belajar bekerja.
Ø  Ketiga, setelah sekolah lanjutan pertama, ada sekolah lanjutan selama tiga tahun. Bertujuan untuk menyiapkan siswa masuk perguruan tinggi dan memperoleh keterampilan kerja.
Ø  Keempat, universitas harus berperan secara potensial dalam mengembangkan pikiran liberal dan terbuka bagi siapa saja, bukan pada sekelompok orang.

Pendidikan dimulai dengan kesejahteraan siswa dan guru sehingga menciptakan korelasi yang saling mendukung dan berkualitas. Pendidikan di Jepang mengajarkan untuk saling menghargai jasa orang lain, pekerjaan orang lain, perlunya setiap orang harus berusaha, punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting, dan tidak mau menyerah oleh keadaan, yang terkenal dengan semangat bushido (semangat kesatria).

Pendidikan di Jepang adalah bangsa literal dan minat baca yang tinggi Masyarakat di Jepang mempunyai kesadaran yang tinggi akan pendidikan sehingga mereka rajin untuk membaca. Membaca bagi kebanyakan orang Jepang bukan merupakan kegiatan yang dipaksakan, tetapi karena dalam diri mereka telah tertanam suatu sifat kebutuhan akan bacaan. Ciri utama bangsa Jepang yaitu kehausan yang tak pernah puas akan pengetahuan. Sebagai.
Jepang dan masyarakatnya mempunyai prinsip pendidikan seperti :
Ø  Pertama, perhatian pada pendidikan datang dari pelbagai macam pihak.
Ø  Kedua, sekolah Jepang tidak mahal.
Ø  Ketiga, di Jepang tidak ada diskriminasi terhadap sekolah.
Ø  Keempat, kurikulum sekolah Jepang amat berat.
Ø  Kelima, sekolah sebagai unit pendidikan.
Ø  Keenam, guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan.
Ø  Ketujuh, guru Jepang penuh dedikasi.
Ø  Kedelapan, guru Jepang merasa wajib memberi pendidikan “manusia seutuhnya”.
Ø  Terakhir, guru Jepang bersikap adil.
Dengan prinsip-prinsip tersebut akhirnya membuat pendidikan di Jepang mempunyai kesadaran dan potensi yang luar biasa, yaitu :
(1) Minat masyarakat yang besar sekali pada pendidikan;
(2) prestasi kognitif dan motivasi siswa relatif setaraf;
(3) prestasi kognitif siswa rata-rata tinggi;
(4) munculnya pelajaran ide egalitarianisme;
(5) perubahan sosial yang egalitarian;
(6) timbulnya kesamaan yang sama bagi semua lapisan masyarakat.

D. Perbedaan Konsep-Konsep Pendidikan di Indonesia (Ki Hadjar Dewantara), UNESCO, dan Jepang (Fukuzawa Yukichi)
Indonesia menggunakan konsep eksistensi manusia = potensi kemanusiaan yang tidak pernah selesai untuk berkembang. Menurut saya berarti memiliki arti bahwa dalam dunia pendidikan, manusia tidak hanya mementingkan proses belajar-mengajar saja yang sekedar tahu, mengerjakan, mengembangkan keterampilan, menjadi diri sendiri, memahami namun juga mementingkan kebudayaan serta norma-norma yang berlaku di Indonesia untuk membangun manusia yang cerdas dengan memiliki pemikiran atau ide-ide yang terus berkembang yang erat kaitannya dengan pembangunan Negara sesuai dengan moral serta karakter bangsa. Beliau meyakini bahwa budaya adalah sumber dari pendidikan. Dan dengan budaya itulah Negara akan mempunyai karakter/jati dirinya. Dahulu pendidikan di Indonesia terkenal dengan kearifan lokalnya, namun memasuki zaman sekarang kearifan local itu lama-lama kian memudar dan dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Sedangkan UNESCO dalam konsep pendidikannya lebih mementingkan prosesnya daripada memanusiakan manusia. Sehingga pendidikan lebih bersifat individualis dan tidak memperhatikan budaya dan moral-moral untuk membangun pendidikan. Konsep yang perlu kita contoh dari UNESCO adalah learning to do dan learning to be, yaitu mengambil point untuk mengarahkan manusia ke dalam bakatnya dengan menyediakan fasilitas dan mendesainnya dengan sempurna serta menciptakan rasa percaya diri yang tinggi. Selain itu konsep dari UNESCO yang lainnya telah ada dalam konsep Ki Hadjar Dewantara.
Untuk konsep pendidikan di Jepang tidak jauh berbeda dengan konsep pendidikan yang ada di Indonesia. Namun di Jepang masyarakatnya lebih mempunyai kesadaran diri yang tinggi mengenai pendidikan. Sehingga Negara ini benar-benar berhasil menggunakan dan menerapkan konsep pendidikannya, yaitu pendidikan yang luhur yang berkebajikan dan mencerdaskan. Dan juga mewajibkan sistem wajib belajar. Seimbangnya tujuan pendidikan untuk kebajikan dan kecerdasan di Jepang membuat Negara ini terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari tahun ke tahun. Kerjasama yang baik antara pemimpin, masyarakat, dan pendidik menimbulkan keberhasilan yang luar biasa dalam pembangunan Negara di Jepang. Selain itu masyarakat Jepang mempunyai kesadaran diri yang tinggi pentingnya membaca untuk mengembangkan pendidikan. Itulah hal yang patut bangsa Indonesia contoh, gemar membaca.
Dari perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan di Indonesia tidak kalah bagusnya dengan konsep pendidikan UNESCO dan Jepang. Malah bisa dikatakan bahwa konsep pendidikan di Indonesia lebih lengkap dan baik daripada UNESCO karena konsep pendidikan di Indonesia dapat mencakup semua aspek pendidikan di kehidupan sehari-hari/nyata dan tentunya sesuai dengan karakter bangsa. Konsep pendidikan di Indonesia mengikutsertakan/mementingkan  manusia, proses belajar, budaya, dan norma-norma yang ada di masyarakat. Sedangkan konsep pendidikan UNESCO semata hanya mengikutsertakan/mementingkan prosesnya dan hasilnya tanpa mempedulikan karakter manusianya tentang moral dan budayanya. Jika dibandingkan dengan Jepang, konsep pendidikan di Indonesia mempunyai kemiripan karena sama-sama bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa yang memiliki moral. Perbedaannya hanya pada kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta budaya membacanya.

BAB III KESIMPULAN
C  Konsep Ki Hadjar Dewantara yang tidak kalah bagusnya dengan UNESCO dan Jepang.
C  Bangsa Indonesia harusnya mulai menumbuhkan dan menerapkan kembali konsep-konsep pendidikan yang telah Ki Hadjar Dewantara cetuskan. Karena konsepnya tentang pendidikan begitu brilliant dan akan menjadi kekuatan yang luar biasa jika semua lini kehidupan di Indonesia menerapkan konsepnya dalam dunia pendidikan serta kehidupan sehari-hari.
C  Kembali ke ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah ramuan untuk menyadarkan pendidik dan masyarakat akan kesalahan mendidik generasi muda. Sehingga segera tersadar untuk segera membenahinya.
C  Bangsa Indonesia perlu menyaring dengan teliti akan konsep pendidikan yang diambil dari Negara lain, harus mempertimbangkan dengan budaya, norma-norma, dan kondisi masyarakat Indonesia.
C  Bangsa Indonesia perlu mencontoh dari Jepang atas kesadaran dan semangat tentang pentingnya pendidikan, kegemaran membaca buku, dan semangat untuk bangkit serta benar-benar menerapkan konsep pendidikan yang sudah ada di negaranya.